lonelylove

lonelylove

Kamis, 02 April 2015

INIKAH WUJUDMU WAHAI TUHAN...??? (sebuah cerpen)

Kriiiiiiing.....kriiiiing
Aku dibangunkan oleh sebuah suara alarm di telpon gengggam yang aku miliki. masih setengah sadar, samar-samar aku mengenali ruangan dimana sekarang aku berada sebagai sebuah kamar inap rumah sakit.
Aku hanya bisa sedikit duduk untuk merubah posisi yang entah sudah sejak kapan berbaring.
pada tangan kiriku, aku kenali lilitan infus yang berseblahan dengan darah. kemudian setelah susah payah bangkit untuk duduk, aku melihat hampir sekujur tubuh ku dibalut oleh perban.
ditengah sejuta pertanyaan yang menggelayut di pikiran ku. masuk seorang perempuan setengah baya memakai pakaian serba putih yang kukenali sebagai seorang perawat.
"bagaimana perasaannya dek, sudh agak baikan ?"
Aku menjawab hanya dengan sebuah anggukan yang dibalas oleh senyuman oleh sang perawat.
Sambil mengamati perawat tadi memeriksa tabung infus yang membelit lengan kiriku, aku memberanikan diri bertanya.
"apa yang terjadi pada saya bu' dan kenapa saya bisa berada ditempat ini ?"
pertanyaan itu dengan segenap tenaga akhirnya keluar dari mulutku.
"ceritanya panjang dek."
cuma itu kata yang keluar dari mulut perawat tadi.
Perlahan mulai aku mengumpulkan ingatan awal kenapa aku bisa berada di ruangan ini.
Ternyata tepat satu minggu sebelumnnya di kampus tempat aku menimba ilmu, temn-teman sesama anggota organisasi ekstrakampus yang aku masuki menggelar rapar kordinasi untuk menyikapi langkah yang akan di ambil untuk mensiasati kenaikan kahrga BBM.. awalnya diskusi cuma sebatas saling tukar menukar pendapat saja.
"Saya pribadi bingung dengan aktivitas para kader baru di organisasi kita yang sepertinya telah kehilangan nafas pergerakan"
Percakapan dimulai dari argumen kak Herman yang merupakan kakak senior dan orang yang bisa dikatakan paling lama berada di tubuh organisasi.
"teman-teman kader seharusnya bersifat masif, cerdik, dan adaptif memanfaatkan isu global dan  bisa memanfaatkan itu untuk kepentingan organisasi"
lanjut kak Herman yang memang kalau urusan politik praktis keahliannya  sangat hebat.
"saya tidak setuju kawan..! pendapatmu itu mencederai nafas itelektualisme yang kita jaga selama ini di tubuh organisasi"
Pendapat itu langsung kukenali sebagai suara dari kak Jusman, teman satu angkatan dari kak Herman yang juga merupakan anggota dewan pembembina organisasi yang saat ini aku masuki.
pada awalnya aku sangat tidak peduli dengan organisasi-organisasi yang banyak ragam dan jenisnya di kampus. akan tetapi, satu minggu setelah selesai masa orientasi aku tidak sengaja melewati gerbang kampus yang sedang ramai karena sedang berlangsung aktivitas demonstrasi.
dengan sangat menggebu-gebu, sang orator yang bertubuh kurus dengan memnggunakan pengikat kepala segitiga dari kain bendera organisasi dengan gagah meneriakkan pendapat dan kritik tajammnya tentang akibat yang ditimbulkan dari ketidakpedulian pemerintah terhadap rakyatnya.
Aku sangat kagum akan kemampuan retorika luar biasa sang orator sehingga aku kemudian tertarik untuk bergabung dengan organisasi kemahasiswaan sang orator. tidak terlalu sulit untuk menjadi kader, cukup datang saja ke sekertariat organisasi, mengisi, formulir, dan mengikuti pengkaderan selama satu minggu.
hari-hariku sebagai seorang mahasiswa menjadi lebih berwarna sejak keikutsertaanku dalam organisasi ini. aktivitasku bukan lagi hanya seputar kamar, kampus, kakus, serta kos saja.
apalagi ternyata sang orator yang dulu aku kenali berteriak dilapangan saat mahasiswa baru selalu dengan senang hati memberikan pencerahan intelektual dengan diskusi seputar politik, kebudayaan, sosial, teknologi dan sebagainya. itu yang membuatku semakin betah untuk berlama-lama di sekertariat.
"BRAAAAK...!!!"
sebuah bantingan keras membuat gelas plastik yang berisi kopi hitam milik kak Herman yang dibanting kemudian membuyarkan lamunanku dan membawaku kembali pada sengitnya diskusi yang aku sedang ikuti saat ini.
"kamu itu orangnya terlalu idealis Jusman, itulah alasan kenapa para kader sekarang semuanya bermental tempe...!!!"
kata dan intonasi kasar itu kemudian keluar dari mulut kak Herman.
"bukan begitu kawan, kamu sangat tidak mengerti akan situasi aktual sekarang ini" jawab kak Jusman singkat
"Apa maksud mu..?! bukankah jelas sekarang kita tidak bisa berpangku tangan lagi...?! ayolah kamu jangan seperti kader baru yang tidak tahu apapun seperti mereka"
kata-kata itu melunjur begitu saja dari mulut kak Herman disampign telunjuk dan matanya diarahkan pada kami para kader muda yang berjumlah sebelas orang yang duduk melingkar.
"Argumenmu tidak lebih bagus dari candaan Payabok bung...!!!"
hanya itu pendapat yang keluar dari mulut kak Jusman. sekian lama bersama-sama dengan kak Jusman di organisasi baru kali ini aku melihat dan mendengar kak Jusman berkata kasar. selama ini dia selalu mendiktekan pada kami para kader baru akan pentingnya kesopanan berbicara dan bertingkah laku sehingga masyarakat bisa membedakan mana Mahasiswa mana Tukang Becak.
"OK....Mulai sekarang arah haluan pergerakan kita tidak lagi sama Bung... kamu dengtan caramu dan aku dengan caraku" sanggah kak Herman.
"Baik...sekarang kita voting, mana dari adik-adik kader yang mau ikut dengan mu dan mana yang mau ikut dengan ku..." jawab kak Jusman.
saat itulah awal mula keretakan dua kubu dalam organisasi kami. diantara sebelas orang kader batru yang ikut rapat. sebanyak 5 orang ikut dengan kak Herman dan sisanya ikut dengan kak Jusman, termasuk aku.
sejak pertengkaran yang terjadi beberapa waktu lalu di nsekertariat, teman-teman sesama kader baru yang ikut dengan kak Herman sudah sangat jarang ikut aktif di sekertariat. apa lagi sekeradar duduk sebentar untuk berdiskusi. keadaan ini oleh Kak Jusman dinilai sebagai hal biasa.
"hidup adalah pilihan dek..."
itulah kata yang keluar dari mulut kak Jusman setelah aku tidak lagi tahan untuk tidak bertanya.
praktis sejak saat itu, teman-teman kader yang ikut dengan Kak Herman, hanya datang ke sekertariat untuk mengisi daftar hadir sebagai sebuag kewajiban bagi para kader baru. setelah itu mereka langsung menghilang entah kemana. aktivitas diskusipun seperti biasanya berlangsung seru meski tidak seramai yang dulu.
berselang tiga hari sebelum aku berada diruangan perawatan rumah sakit ini. seingatku berlangsung sebuah demontrasi gabungan semua mahasiswa diseluruh kampus di provinsi tempat aku tinggal. waktu itu bertepatan dengan hari anti lingkungan hidup sedunia yang dirangkaikan dengan kunjungan bapak wakil Presiden yang berasal dari Provinsi trempat aku tinggal.
sebagai organisasi kamahasiswaan yang tergolong Militan di Indonesia, organisasi tempat aku berada langsung merespon kunjungan itu dengan melakukan pawai besar-besaran dengan menggunakan kendaraan bermotor. setelah pada malam harinya kami para kader, baik itu baru maupun yang sudah lama serta beberapa orang kakak dewan pembina diwajibkan untuk mengenakan jaket almamater kampus berserta atribut organisasi berupa bendera, topi dan kalung yang saat pengkaderan dulu kami diwajibkan untuk membelinya dengan harga yang tidak masuk akal.
disaat pawai akhirnya berakhir, kami para demontsran kemudian bergerak untuk memboikot pintu gerbang kampus dan menyandra mobil sepuluh roda yang kebetulan lewat di depan kampus kami.
setelah dengan susah payah kami paksa dan gertak akhirnya sopir mbil tersebut berhenti dan  menurunkan muatannya yang berupa tanah timbunan di tengah jalan depan gerbang kampus kami. praktis ruas jalan arteri di kota kami tersebut lumpuh di sisi dimana timbunan tersebut berada.
dengan tidak mempedulikan suara sesak bunyi klason kendaraan dan amarah para masyarakat yang terganggu oleh ulah kami. dengan sigap sosok yang kukenali sebagai kak Jusman langsung naik ke bawdan mobil dengan memkbawa pengeras suara kemudia berorasi dengan rotorika yang aku kagumi sejak dulu.
tidak terlalu jrelas apa yang dibicarakannya, karena konsentrasiku terbagi antara lapar, haus, dan karena sengatan matahari yang pastinya dia berbicara tentang masalah aktual tentang lingkungan dan ketidakpedulian pemerintah terhadap nasib rakyat kecil. itu yang ku ingat.
namun setelah hampir setengah jam berorasi tiba-tiba dari areah lain datang mobil artileri yang dengan cepat aku kenali sebagai mobil SATUAN ANTI HURU-HARA kepolisian. dengan setengah memaksa, mereka langsung menyeret tubuh kak Jusman yang memang tidak seberapa besar ukurannya untuk turun. sangat jelas kami melihat, senior yang selama ini kami kagumi tidak berdaya melawan pukulan demi pukulan yang diberikan pada aparat tersebut yang aku lihat sebanyak lima orang.
tidak berapa lama berselang aku dan teman demonstran yang lain langsung berteriak bersamaan.
"SERBUUUUU....!!!!!"
dengan semua amarah yang meledak kami kemudian menyerang para aparat dengan membabi buta dan tentunya adalah hal yang gampang bagi para aparat tersebut untuk melumpuhkan kami yang hanya dipersenjatai bongkahan beton yang kami congkel di jalanan peping kampus kami.
tidak ada lagi yang aku ingat setelah itu sampai aku menyadari tubuhku telah terbaring lemah di rumah sakit.
setelah hampir satu minggu di rawat inap di rumah sakit, akhirnya aku di ijinkan pulang, ternyata selama dua minggu pihak rektorat kampus telah meliburkan para mahasiswanya.
karena agak jenuh di kamar kos dan karena merasa sudah baikan aku berangkat menuju kampus.
sangat sedih hatiku melihat kampus yang tampilanmnya sangat berantakan dengan batu dan kaca bangunan bertebaran dimana-mana serta serbang kampus dan beberapa bangunan yang rusak parah.
 ternyata setelah penyerbuan yang kami lakukan, aparat kemudian berhasil melumpuhkan kami lalu memaksa kami untuk masuk kampus kemudian merusak beberapa fasilitas kampus kami.
aku tidak tahu lagi bagaimana kabnar teman-teman ku yang juga ikut berdemo, tapi berita yang aku dapat. bahwa senior yang aku kagumi kak Jusman belum sadar dari koma akibat pukulan keras yang dia perolehg di kepalanya. isu yang aku dapat bahwa penyerangan seperti binatang tempo hari di kampus kami ternyata didalangi oleh sebuah partai politik yang merupakan lawan politik dari presiden yang terpilih. di kota kami, partai tersebut memang aktif menjaring kalangan muda dan mahasiswa yang salah satu kader yang sangat aktif adalah kak Herman. orang yang pernah berselisih pendapat denganm panutan kami. dia dengan licik meminta dana dari partainya untuk menyuap para preman dan tukang pukul serta aparat untuk dengan sengaja membubarkan dan merusak aksi demontrasi kami.semuanya karena uang.
AH, Uang.....INIKAH WUJUDMU WAHAI TUHAN...???

Selesai.........
Makassar, 03 April 2015
dari Muh. Munsir Muchtar